Kopiadalah salah satu minuman yang sangat populer di seluruh dunia. Dahulu, kopi menjadi pendamping camilan, tetapi kini semua orang dapat menikmati berbagai jenis kopi dengan atau tanpa makanan. Namun, tidak semua orang dapat menikmati kopi dan salah satunya disebabkan oleh reaksi alergi terhadap kafein. Apa itu alergi kafein seperti pada kopi? Daripernyataan ini, kita pun sadar bahwa masih saja ada orang-orang yang mengikuti nabi palsu, bisa dikarenakan kekuatan yang memaksa atau syubhat yang mampu mempengaruhi keyakinan mereka.Suatu contoh : Syubhat yang dilontarkan oleh Mirza Ghulam Ahmad.Dia mengatakan bahwa arti kata “Khataman Nabiyyin” pada Surat Al Ahzab ayat ke-40 Dalamkepercayaan Ahmadiyah, Nabi Muahmmad SAW., adalah pemimpin semua Nabi. Beliau paling mulia dan paling afdhal. Kedatangan beliau adalah untuk seluruh umat manusia dan semua masa. Martabat beliau jauh lebih luhur dan lebih mulia dari semua nabi. Beliau selalu “hidup”. Oleh karena itu, maka beliau dinamakan Khataman-Nabiyyin. mas mbok yo dipercantik dulu tulisannya, biar nikmat bacanyajadi gak tamat deh. cabangJamaah Ahmadiyah di seluruh Provinsi di Indonesia. Beberapa pandangan dari ajaran Kelompok Ahmadiyah yang bertentangan dengan Islam arus utama, yaitu bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang nabi. Sedangkan dikalangan Islam arus utama diyakini Nabi Muhammad SAW adalah nabi penutup (Khataman Nabiyyin). meyakinial-quran juga sebagaimana yang di yakini NU, Muhamdiyah dan lain- lain. Namun kalau kitab teliti dan kita perhatikan dari kitab yang dikarang sama Ahamdiyah banyak mengkutip dari kitab Tadzkirah, ayat al-qur’an dan hadist nabi Muhammad SAW. Jadi pantas kalau di sebut Ahmdiyah kitab Taskirah sebagai kitab suci. B. Masalah Kenabian Konsep kerasulan nabi ternyata Rasyid memahami khataman nabiyyin adalah penyempurna nabi bukan nabi terakhir. Bahkan, Muhammad itu bukan nabi terakhir sebab sampai kapan pun akan tetap ada,” kata Sekretaris Umum MUI Halini kemudian melahirkan kekecewaan mendalam dari manusia akan masa lalunya atau dunia nyata yang dihadapinya. Kekecewaan itu mempengaruhi pula proses pembentukan pemikiran dari generasi mudanya. Manusia sesungguhnya mendambakan kedamaian.[] « irtci002 »--Gambar ilustrasi diambil dari Whicdn.com. “Love for All, Hatred for Adapunselain dari itu maka kadang dia adalah igauan yang tertolak ataukah sesuatu yang mauquf (tidak jelas), tidak diketahui apakah dia bahraj (kotor) ataukah manqud (bersih). sebab beliau Khataman-nabiyyin, segel (penutup) para Nabi, sesudah beliau tak ada Nabi (bapa rohani) lagi. Sebaliknya, kaum kafir penentang beliau benar-benar ArtiKhataman Nabiyyin menurut Ahmadiyah. Oleh: Fariz Abdussalam Sumber Gambar:. KHATAM-AL-HUKKAAM seal of rulers used for kings. Banyak wahyu beliau as yang menjelaskan hal itu dan menyebutkan tema ini. Masalah Tauhid dan kenabian yang dijelaskan oleh Allah di dalam Alquran adalah bukti yang belum pernah diberikan pada agama sebelumnya 4TSG6X9. Insan kamil kepada siapa Kitab Al-Quran diwahyukan tidak terbatas kemampuan kasyafnya, dan tidak juga mempunyai kekurangan dalam belas kasihnya. Baik dari sudut pandang saatnya mau pun tempat, jiwa beliau selalu penuh dengan belas kasih. Karena itulah beliau dikaruniai dengan manifestasi alamiah dan beliau dijadikan sebagai Khãtamul Anbiyã. Pengertian Khãtamul Anbiyã bukannya berarti bahwa tidak ada lagi yang menerima rahmat kerohanian dari beliau, melainkan penegasan bahwa beliau memiliki Meterai Kenabian dimana tanpa kesaksian dari meterai tersebut tidak akan ada rahmat yang bisa mencapai seseorang. Pengertian Khãtamul Anbiyã juga mensiratkan bahwa pintu untuk bercakap-cakap dengan Tuhan tidak akan pernah ditutup. Di samping beliau tidak ada lagi Nabi lain yang memiliki Meterai Kenabian demikian. Melalui kesaksian dari Meterai tersebut itulah maka Kenabian bisa dikaruniakan kepada manusia dengan syarat bahwa yang bersangkutan adalah pengikut taat dari Yang Mulia Rasulullah saw .” “Kadar keberanian dan rasa belas kasih beliau yang luhur tidak ingin meninggalkan umatnya dalam kondisi berkekurangan dan tidak bisa menerimakan bahwa pintu wahyu yang menjadi akar dari semua pemahaman telah tertutup. Namun untuk memastikan bahwa tanda Kenabian walau telah ditutup, beliau menginginkan bahwa rahmat wahyu tetap bisa diberikan melalui kepatuhan kepada beliau dan bahwa pintu ini tertutup sudah bagi yang bukan menjadi pengikut beliau. Allah swt menunjuk beliau sebagai Khãtamul Anbiyã dalam pengertian seperti ini. Dengan demikian telah ditetapkan bahwa sampai dengan Hari Penghisaban nanti barangsiapa yang terbukti tidak menjadi pengikut beliau yang setia dan tidak mengabdikan keseluruhan dirinya pada ketaatan kepada beliau maka ia tidak akan pernah bisa menjadi penerima wahyu yang sempurna. Kenabian yang bersifat langsung telah berakhir dalam wujud Yang Mulia Rasulullah saw namun Kenabian yang merupakan refleksi atau pantulan dari rahmat Yang Mulia Nabi Muhammad saw akan terus berlanjut sampai dengan Hari Penghisaban. Dengan demikian pintu untuk penyempurnaan umat manusia tidak akan pernah ditutup dan tanda ini tidak akan pupus dari muka bumi karena maksud luhur dari Yang Mulia Rasulullah saw menginginkan bahwa pintu untuk berhubungan dan bercakap-cakap dengan Tuhan harus tetap terbuka sampai dengan Hari Penghisaban, serta pemahaman Ilahiah yang menjadi dasar dari keselamatan rohani tidak akan pernah sirna.” Haqiqatul Wahyi, Qadian, Magazine Press, 1907; Rohani Khazain, vol. 22, hal. 29-30, London, 1984. *** “AKU BERSAKSI dengan penuh keyakinan bahwa keluhuran Kenabian telah mencapai puncaknya dalam diri Yang Mulia Rasulullah saw Seseorang yang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan beliau dan mengemukakan kebenaran yang berada di luar Kenabian beliau serta mengingkari Kenabian tersebut adalah seorang yang palsu dan pendusta. Aku katakan secara tegas bahwa siapa pun yang beriman kepada seorang Nabi setelah Yang Mulia Rasulullah saw dan memecahkan Meterai Kenabian beliau adalah orang yang terkutuk. Tidak ada Nabi baru yang bisa muncul setelah Yang Mulia Rasulullah saw yang tidak mendapat pengesahan dari meterai Kenabian Muhammadi. Umat Muslim yang menentang kita keliru karena mereka meyakini akan kedatangan seorang Nabi Israili yang akan memecah meterai Kenabian. Aku memaklumkan bahwa menjadi manifestasi kekuatan kerohanian Yang Mulia Rasulullah saw dan Kenabian beliau yang bersifat abadi yaitu setelah 1300 tahun setelah beliau akan muncul Al-Masih yang Dijanjikan sebagai anak didik beliau dengan mengemban meterai Kenabian yang sama. Kalau pandangan ini dianggap kafir maka biarlah aku menjadi kafir. Mereka yang penalarannya telah digelapkan dan tidak memperoleh karunia nur Kenabian tidak akan pernah bisa memahami hal ini serta menganggapnya sebagai kafir, padahal justru ini merupakan hal yang membuktikan kesempurnaan Nabi Suci Muhammad saw dan kehidupan beliau yang kekal.” Al-Hakam, 10 Juni 1905, hal. 2. *** “Manusia tidak perlu lagi mengikuti Kenabian dan Kitab-kitab yang datang sebelum Yang Mulia Rasulullah saw karena Kenabian Muhammadi telah mencakup seluruh ajaran mereka dimana semua kebenaran sudah terkandung di dalam ajaran beliau. Tidak ada kebenaran baru yang akan muncul setelah agama Islam karena semua kebenaran telah tercakup di dalamnya. Karena itu semua Kenabian berakhir dengan Kenabian beliau sebagaimana seharusnya, karena setiap hal yang ada awalnya pasti ada akhirnya juga. Hanya saja Kenabian Muhammadi tidak akan berkekurangan dalam berkat. Kenabian ini jauh lebih berberkat dibanding semua Kenabian lainnya. Dengan mengikuti Kenabian Muhammadi maka seseorang akan mudah mencapai Tuhan dan dengan mengikutinya maka seseorang akan dikaruniai rahmat Ilahi berupa kasih Allah swt dan kesempatan berbicara dengan-Nya lebih dari pada ajaran sebelumnya. Penganutnya yang sempurna tidak akan disebut sebagai Nabi saja karena akan merupakan penghinaan bagi Kenabian Muhammadi yang sempurna. Ia hanya bisa disebut sebagai pengikut dari Yang Mulia Rasulullah saw dan sebagai seorang Nabi, keduanya pada saat yang bersamaan. Dengan cara demikian maka tidak ada penghinaan bagi Kenabian Muhammadi yang sempurna, bahkan rahmatnya malah menjadi bersinar lebih terang lagi. Al-Wasiyyat, Qadian, Magazine Press, 1905; Rohani Khazain, vol. 20, hal. 311, London, 1984. *** “Kami meyakini bahwa seseorang yang melenceng dari ajaran kaidah Yang Mulia Rasulullah saw walau pun sedikit adalah seorang yang ingkar. Jika seseorang yang berpaling dari ajaran Yang Mulia Rasulullah saw adalah seorang yang ingkar, bagaimana pula dengan seseorang yang mengaku membawa ajaran baru atau akan merubah Al-Quran dan Sunah Rasul atau memansukhkan salah satu kaidah? Menurut hemat kami yang disebut sebagai muminin adalah ia yang sepenuhnya mengikuti Al-Quran dan meyakininya sebagai Kitab yang terakhir diwahyukan, mematuhi ajaran Yang Mulia Rasulullah saw sebagai ajaran yang abadi dan tidak akan merubahnya walau sekecil apa pun, memfanakan diri dalam mengikutinya, tidak menentangnya baik dengan logika atau pun perilaku. Demikian itulah baru ia itu disebut Muslim sejati.” Al-Hakam, 6 Mei 1908, hal. 5. Tulisan ini dikutip dari buku “Inti Ajaran Islam Bagian Pertama, ekstraksi dari Tulisan, Pidato, Pengumuman dan Wacana Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as”. Neratja Press, hal 259-262, ISBN 185372-765-2